Hiruk pikuk keseharian suasana Mesir
yang keras, udara yang berselimut debu, dan bangunan bangunan kuno, ternyata di
balik itu semua terdapat peradaban Ulama Ulama bersar yang bercokol, yang perlu
kita ketahui, dan kita kunjungi. Tentunya untuk bertadabur, dan mengenang
kisah perjalanannya.
Sungguh menyenangkan, jalan jalan
mengelilingi kota
Cario Mesir maupun sekitarnya, yang terkenal akan sejarahnya, peradaban kuno,
maupun arsitektur masjid yang megah. Juga karena lokasi yang mendukung, apa
lagi ketika waktu malam tiba, artistik lampu menambah hangatnya suasana
dinginya malam.
Waktu itu jalan jalan tertuju pada makam
makam Aulia, napak tilas dengan Beliau beliau. Ketika perjalan menuyusuri daerah
daerah di wilayah Mesir, ngeteng bersama teman teman mahasiswa menengok para Aulia.
Alhamdulillah, karena saya dan teman teman, baru saja menyelesaikan ujian term
terahir, semoga kita di beri kenajahan, amiin. Menurutku
momen yang sangat tepat, karena bertepatan sehabis ujian, rekreasi sekaligus
napak tilas. Selain silaturahim ke makam makam Aulia, juga mendapatkan kepuasan
sepiritual juga perjalanan yang begitu mengasikkan, dan memuaskan.
Waktu itu tanggal 18 juli 2011, momen yang tepat yaitu sehabis ujian. Sebelum hari H berangkat, teman teman punya inisiatif untuk ngeteng mengunjungi makam makam para Aulia, kemduaian satu demi satu dari teman di hubungi, mengajak untuk ikut serta. Begitu mendadak memang, tapi alhamdulillah semua pada antusias, dan ahirnya terkumpul sekitar 15 orang. Tepat hari rabu malam kamis tanggal 18 juli, kita berangkat ke tujuan pertama yaitu, daerah
Kemudian lanjut dari tanta menuju rute kedua yaitu ke makam Imam Dasuqi, yang lahir pada tahun 633 H. Tepatnya di daerah Daksuk, yang memerlukan waktu sekitar satu setengah jam. Beliau juga terkenal sebagai tokoh Sufi, yang hidupnya untuk beribadah dan berkontemplasi. Setelah sampai, masuklah kami ke lokasi makam, di situ juga terdapat masjid yang begitu besar, dan pasti ramai pengunjung yang bertujuan untuk berkunjung ziarah. Selesai berziarah, kami keluar untuk mengisi perut yang dari tadi sudah mulai bernyanyi, tidak jauh dari lokasi makam terdapat banyak restoran, salah satunya restoran togin, ya bisa di katakana spageti ala mesir, semacam mie yang di campur dengan daging atau hati sapi. Kami bungkus makanan itu, kemudian menuju taman yang bsersampingan dengan hilir sungai nile, memang tempat yang sangat setrategis, karena lokasinya yang saling bedekatan, antara pemakaman, restoran, taman dan sungai nile, ahirnya makan, berfoto foto dan sejenak merebahkan badan, sambil menikmati pemandangan malam di taman dan sungai nil, yang melebar membentang panjang.
Menginjak ke rute ke tiga, daerah yang
terahir kita sambangi, yaitu Iskandariyah, atau yang lebih kita kenal Aleksandria.
Kota yang eksotis, indah, dan lebih tertata rapi
lingkungannya, angin sepoi sepoi yang silih berganti di iringi suara deburan
ombak, karena kota
yang terletak berdekatan dengan pantai. Pemandangan pantaipun indah, karena bersih, nyaman dan prasarana
yang memadahi untuk bernongkrong nongkrong ria, mandi di pantai, atau hanya
sekedar minum kopi di temani deburan ombak.
Akan tetapi ketika kita menyingkap di balik
itu, sepanjang jalan tepi pantai terdapat makam makam Aulia yang mashur di
telinga kita, dan berbengaruh ketika zamannya hingga sekarang. Subhanallah, di
balik kota yang indah terdapat Ulama Ulama besar yang berpengaruh, yang
bersemayam di kota itu, sebut saja Imam Busyiri pengarang Maulid Burdah, Sayid
Al-Ursy, Sayid Yaquut Al-'Mursy, dan makam Nabi Danial.
Perjalanan dari Daksuk menuju Aleksandria
memerlukan waktu, kurang lebih sekitar dua jam masi juga menggunakan Tramco,
karena terkenal cepatnya plus ugal ugalan dan bias din ego soal harga ketika
rombongan. Begitu sampai di Aleksandria, waktu juga sudah larut malam, langsung
saja kami bergegas mencari penginapan, yang sekiranya pas seukuran anak anak
ngeteng. Tapi setelah lama, muter muter mencari penginapan tidak ketemu juga,
ya mungkin karena waktu sudah larut, jadi susah untuk nemuinnya, kemudian kami
memutuskan untuk menyudahi, dan beristirahat sejenak di pinggiran jalan. Di
tengah tengah obrolan di pinggir jalan
ada usulan dari salah satu teman, "gimana kalau kita untuk
sementara tidur atau nongkrong di pinggir pantai, dan untuk paginya kita ke Mumtaza
atau taman yang ada tidak jauh dari sini, ya cukup untuk tidur sejenak di
tempat yang rindang". Usulan yang mantab, jalan jalan yang memang benar jalan
jalan, ahirnya kami sepakat, dan bergegas. Heeeem, udara yang benar benar
dingin, kain sarung tidak cukup untuk menangkal. Sambil tiduran, yang beratapkan langit
beralaskan pasir pantai, memang baru pertama kali, tapi sungguh mengasikkan. Di sela tidur aku bangun, ternyata ada dua
teko teh manis, yang di buatkan untuk kami dari teman perempuan yang kuliah di
Universitas Al-Azhar di bagian Aleksandria, kebetulan Universitas yang di
bagian Aleksandria khusus untuk perempuan, dan kebetulan juga salah satu
temanku ada yang kenal mahasiswi yang berada di Aleksandria.
03:30 suara Adzan Subuh berkumandang,
segera bergegas menuju masjid. Setelah selesai sholat, ternyata mahasiswi yang
tadi malam ngasih teh buat kami, buatin sarapan buat kami juga, semoga Allah
membalasnya. Sehabis itu, langsung saja kami menuju Mumtaza atau taman seperti
yang di bicarakan malam itu, untuk makan bungkusan sarapan itu dan istirahat tentunya.
Masuk ke taman, yang alhamdulillah pagi pagi sudah buka, kemudian cari tempat
yang nyaman tentunya yang rindang dan tidak langsung terkena terik matahari dan
berdekatan dengan Mushola yang berada di taman. Kamipun istirahat, jam dua
siang baru kita menuju ke makam makam yang sudah di rencanakan. Makam yang
pertama kita kunjungi adalah, makam Imam Busyiri yang terkenal dengan burdahnya, kemudian lanjut ke makam Sayid
Ahmad al-Mursy, dan Sayid Yaquut al-'Ursy yang keduanya merupakan tokoh penerus
dari Tarikat Syadzaliah, dan Sayid Yakut al-'Ursy sendiri yaitu adalah menantu
dari pendiri Toriqoh Syadzaliah Syaikh Abu Hasan as-Syadzili, yang kebetulan
makam makam beliau berdekatan, yang di kelilingi masjid masjid yang besar.
Kemudian yang terahir yang kita kunjungi adalah salah satu Nabi Allah, yaitu
makam Nabi Danial. Kemudian pulang ke Cairo
menggunakan kereta ekonomi, cukup dengan 5 pound dengan menunjukkan kartu
mahasiswa. Kami pilih kereta karma jalannya yang santai dan nyaman untuk
sejenak istirahat. Dan total biaya yang di keluarkan dari awal hingga
kepulangan per orang hanya mengeluarkan 50 pound, berkisar Rp 75.000. sungguh
perjalanan murah dan menyenangkan.
Telah dimuat di Republika Online, klik d sni http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/kabar/11/09/12/lrevje-menengok-para-aulia-di-negeri-seribu-menara.
Telah dimuat di Republika Online, klik d sni http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/kabar/11/09/12/lrevje-menengok-para-aulia-di-negeri-seribu-menara.
0 komentar
Posting Komentar